Wednesday, July 17, 2013

Apa Tema Kampung Deret Tanah Tinggi Pilihan Jokowi?


Salah seorang tukang bangunan tengah merampungkan pekerjaan merenovasi rumah di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2013). Tak hanya badan bangunan, para pekerja juga merampungkan instalasi listrik untuk kemudian dipasangi meteran oleh PLN. | ESTU SURYOWATI


JAKARTA, TodaysNewsOurTakeCopperExclusiveHowt.blogspot.com.com - Gubernur DKI Joko Widodo belum memutuskan tema yang tepat bagi kampung deret di Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat. Akankah seperti Kampung Backpacker di Jalan Jaksa atau Kampung Nelayan di Muara Angke?


Ditemui saat blusukan di kampung deret Tanah Tingi, Rabu (17/7/2013) siang, Jokowi mengatakan bahwa sebagian besar penghuni kawasan itu adalah pedagang di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Namun, Jokowi belum dapat memastikan apakah kampung itu akan dinamakan sesuai karakteristik penghuninya.


"Masyarakat di sini memang kebanyakan dagang di Pasar Senen. Kalau gitu, ya kampungnya pedagang Senen, tapi belum lah," ujar Jokowi.


Jokowi ingin melihat potensi-potensi apa saja yang bisa dikembangkan oleh warga di lokasi tersebut. Ia berharap, seiring dengan rampungnya pembangunan kampung deret di sana, paling tidak tahun depan ia dapat memutuskan.


Tak hanya itu, dengan potensi yang akan dikembangkan oleh warga, Jokowi berharap hal itu juga bisa mendongkrak tingkat ekonomi masyarakat. Dengan demikian, tujuan penataan kampung yang sebenarnya akhirnya bisa terlaksana dengan baik.


"Sekarang yang penting kita tata fisiknya dulu. Nanti setelah itu, kita masuk ke ekonominya untuk kita tingkatkan lagi, pasti bisa," ujar Jokowi.


Kampung deret yang dikunjungi Jokowi tadi siang berada di RT 13 dan 14, RW 01, Tanah Tinggi. Kampung itu terdiri dari deretan rumah tingkat maupun yang tidak. Rumah dengan satu lantai dibangun dengan luas 36 meter persegi, sementara rumah tingkat dibangun di atas tanah seluas 25 meter persegi.


Pembangunan kampung deret di kawasan itu direncanakan mencapai 50 rumah dengan menggunakan dana corporate social responsibility (CSR). Hingga kini, baru 38 rumah yang telah selesai digarap. Setelah menyelesaikan 50 rumah itu, Pemprov DKI akan menata kampung kumuh di sebelahnya, tetapi menggunakan anggaran APBD.


Selama lima tahun ke depan, rumah-rumah tersebut tidak boleh dijual atau dikontrakkan ke orang lain. Pemprov DKI berharap kemampuan warga penghuni kampung tersebut dapat meningkat sehingga warga mandiri dan mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak.


Editor : Laksono Hari Wiwoho


No comments:

Post a Comment